menghayati hari pahlawan

Hari pahlawan 10 November.........
Kita sebagai generasi muda haruslah tahu dan menghayati hari pahlawan.Dimana para pahlawan kita dahulu berusaha merebut kemerdekaan sampai sekarang ini telah merdeka.

Kepada mereka yang masih mempertanyakan arti penting peringatan Hari Pahlawan, kiranya perlu – dengan sabar, namun tegas - dijawab : Sangat perlu, karena amat penting!!!. Justru karena situasi negara dan bangsa sudah begini bobrok dewasa ini, maka kita semua perlu mengangkat tinggi-tinggi jiwa agung dan revolusioner yang terkandung dalam Hari Pahlawan. Namun, supaya lebih jelas lagi, perlu pula ditegaskan bahwa Hari Pahlawan ini harus kita rayakan dengan cara-cara dan semangat yang baru, yang berbeda dengan yang selama ini dilakukan oleh Orde Baru (beserta para pendukungnya).
KITA HARUS JADI PAHLAWAN..............................!!!!!!!!

SOEMPAH PEMOEDA

Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

ISI SUMPAH PEMUDA

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Kita sebagai pemuda harus memaknai isi sumpah pemuda dan mengisinya dengan kegiatan yang berguna atau bermanfaat. Dan kita selalu menjaga rasa persatuan walaupun kita berbeda agama, suku bangsa, ras dan bahasa.

Sekali lagi tingkatkan rasa persatuan…!!!


Saya merasa bangga dan senang mendengar berita bahwa kuansing memperoleh sebuah piagam. Dan selamat kami ucapka kepada kabupaten Kuansing yang telah memperoleh penghargaan. Penghargaan tersebut diperoleh atas kerjasama masyarakat kuansing. Semoga dengan penghargaan tersebut Kuansing lebih maju dan dapat kita banggakan bersama,
Semoda masyarakat kuansing tetap menjaga dan memelihara penghijauan yang ada. Karena penghujauan tersebut banyak manfaatnya salah satunya dapat mencegah terjadinya banjir.
Sekali lagi selamat atas piagam yang diperoleh dan lebih ditingkatkan lagi.

HUT Kuantan Singingi ke-10

HUT KUANSING KE-10


Hai semuanya...............
Tanggal 12 oktober merupakan hari lahirnya sebuah kabupaten yakni kabupaten kuantan singingi.Dimana setiap tahunnya akan adanya suatu perayaan oleh masyarakat kuansing salah satunya yaitu upacara.
Pada tahun ini tepatnya hari senin 12 0ktober 2009 diadakan upacara di lapangan limuno yang mana pembinanya lansung dipimpin oleh bupati kuansing,yakni bapak H.Sukarmis.Setiap sekolah yang ada di kuansing harus memakai pakaian melayu atau pakaian muslim.Pakaian tersebut dipakai sejak tanggal 8-12 oktober2009.
Pada hari senin ini kabupaten kuansing genap sepulih tahun berdirinya. Sebelum HUT KUANSING pada pagi hari hari minggu 11 oktober 2009 diadakan gerak jalan santai.
Semoga KUANSING lebih maju dan menjadi kabupaten yang dibanggakan.

OPINI TENTANG GEMPA DI SUMATERA BARAT

Saya merasa prihatin dan sedih atas musibah yang menimpa masyarakat SUMATRA BARAT dan kejadian ini membuat Indonesia menangis kembali dengan adanya bencana besar dan dahsyat. Saya berharap dan berdoa pada ALLAH mudah2an masyarakat disana diberi ketabahan dan perlindungan.Matahati saya terbuka bahwa saya masih kurang bersyukur pada ALLAH saya yang tinggal ditempat yang aman atas namun mengapa saya sering mengeluh dan saat ini saya tak dapatmembayangkan bagaimana perasaan mereka hidup dalam pengungsian dan kehilanga sanak keluarga serta harta benda seluruhnya luluh lantak dan rata dengan tanah entah kapan lagi kondisinya akan kembali normal seperti sedia dulu kala.Belajar dari kejadian besar lainnya sungguh lama.Saya berharap semakin banyak orang yang mau menyumbang untuk kebutuhan hidup mereka sayang saya masih belumbisa menjadi relawan dan belum ada yang bisa saya sumbangkan sedang hidup masih ditanggung orang tua tapi saya yakin sangat banyak orang yang ingin menjadi relawan di SUMBAR karena bencana mereka bencana kita juga.Cukup ini pendapat saya mudah2an dapat diambil segi positifnya dan tetap tabah menghadapi cobaan CAYOOO SUMBAR.

KISI-KISI SOAL UJIAN BESERTA JAWABAN

1.sebutkan tiga unsur tugas panggung?
2.Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe kostum pentas?
3.Apa yang di maksud dengan tormentor dan drop?
4.Apakah guna dari blending?
5.Sebutkan tiga macam lampu dalam masalah penerangan?

Jawaban
1.-action(apa yang sedang anda lakukan)
-kehendak(mengapa anda melakukan itu)
-penyesuaian(bagaimana anda melakukanya)
2.-kostum historis(dari periode spesifik dalam sejarah)
-kostum modren(yang di pakai masyarakat sekarang)
-kostum nasional(dari negara atau tempat spesifik )
- Kostum tradisional (representasi karakter spesifik secara simbolis )
3 -Tormentor adalah wing terdepan tidak bisa diputar atau dibalikan.
-Drop adalah dekorasi yang digantungkan paling belakang.
4.-Blending gunanya adalah agar campuran bahan - bahan pada wajah terwujud dengan sempurna.
5.-Lampu primer
-Lampu sekunder
- Lampu untuk latar belakang

APRESIASI TEATER SELAMA LIBURAN PUASA

Pada hari jum'at 18 september 2009,kira-kira pukul 13.00wib saya menonton film kunfayakun.Film ini sangat banyak hikmahnya yang dapat diambil.Para tokoh juga memainkan perannya sesuai dengan peran yang dimainkan.Salah satu tokohnya yaitu Desi ratna sari.Dia difilm ini memerankan sebagai seorang istri.Aktingnya dia sangat bagus sehingga membuat saya terharu.

Film ini menceritakan sebuah keluarga yang miskin yang terdiri dari ayah,ibu,dan dua orang anak laki-laki.Walaupun mereka miskin,mereka selalu berusaha dan berdo'a.Mereka selalu menjalankan perintah Allah SWTdan meninggalkan semua laranganNya.Suaminya bekerja sebagai penjual kaca,istrinya hanya di rumah saja.Namun mereka selalu bersyukur dapat hidup walaupun serba kekurangan.

Hingga akhirnya keluarga mereka menjadi keluarga yang kaya,mereka tidak sombong.mereka memberikan sebagian rezeki mereka kepada orang lain.
Saya merasa terharu menonton film ini.Apabila semua orang menonton film ini akan merasa terharu juga.
Film ini sangat bagus dilihat oleh masyarakat,karena banyak sekali manfaatnya.

Hikmah dari film ini adalah sebagai berikut
*Kita harus selalu berbakti kepada orang tua
*kita harus selala berusaha dan berdoa
*Kita harus menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya
*Kita harus selalu bersyukur dalam keadaan apapun

kedatangan bupati ke SMA PINTAR dalam acara buka bersama

NAMA :ASRAWATI SARTIKA
KELAS :XI IPA I
LESSON :SENI
GBS :RONALDO ROZALINO


SOre hari kamis tepatnya tanggal 10 september 2009 bupati kuansing mengunjungi SMA PINTAR dalam rangka berbuka bersamA dengan segenap keluarga SMA PINTAR.bapak bupati ini kelihatan gembira ketika tiba di SMA PINTAR.karena kedatangan bapak bupati di sambut gembira oleh keluarga sma pintar,walaupun sederhana.


Bapak bupati kuansing yakni H.SUKARMIS. dia ini pemimpin yang sangat kami banggakan.karena H.SUKARMIS mempunyai sifat yang adil,bijaksana,tidak sombong,pemurah,dan lain-lain.
bapak sukarmis ini mempunyai emangat dan motivasi yang saat tinggi untuk memajukan dan mewujudkan kuansing lebih baik dari sebelumnya.

Dari awal kedatangan bapak sukarmis ,dia selalu tersenyum dan tidak ada merasa kecewa.seibanya di tempat berbuka yang telah di sediakan dengan tenda kuning ,bapak sukarmis tidak langsung duduk.namun bapak tersebut menuju pendopo kecil.setelah itu bapak sukarmis berfoto-foto dengan siswa-siswi sma pintar sampai akhirnya berbuka puasa tiba.

Setelah itu shalat bersama kemudian dilanjutkan dengan pengarahan oleh bapak bupati,sekda,dinas.

sekitar jam 10.30 bapak sukarmis pulang dengan rombongannya.

Malaysia tidak punya malu.....

Nama: Asrawati sartika
Kls: XI IPA 1
tugas: Art of Culture
Gbd: Ronaldo Rozalino S.sn



Malaysia........ siapa yang tidak tahu negaranya........???????????? pasti seluruh orang-orang didunia tahu kan?
Malaysia hanya bisa merebu kepunyaan dan hak milik negara lain saja. Negara Malaysia itu tidak kreatif, dan tidak mempunyai rasa malu terhadap negara lain. Seperti contohnya negara Indonesia. Konflik antara negara Malaysia dan negara Indonesia terulang lagi sekarang. Negara Malaysia merebut pulau Jemur yang ada di Indonesia. Apa negara Malaysia tidak punya rasa malu?
Dahulunya juga negara Malaysia merebut kebudayaan Indonesia.

Negara Malaysia juga melecehkan dan menghina lagu kebangsaan yang dibanggakan oleh negara indonesia. Kami tahu, negara Malaysia selalu bermusuhan dengan negara Indonesia. Percuma negara Malaysia disebut bangsa serumpun. Padahal bertetanggan lagi negara Malaysia dan Indonesia. Biasanya orang bertetangga tersebut saling tolong menolong dan saling menghargai. Cobalah negara Malaysia menghargai negara Indonesia.


Kalau negara Malaysia ingin merebut pulau Jemur tersebut mengapa tidak mempunyai bukti yang kuat?????????????
Negara Indonesia mempunyai khas sendiri sedangkan negara Malaysia pasti kalian tahu kan jawabanyya... apakah konflik ini akan terus menerus terjadi?
Negara Indonesia ingin sejahtera makmur dan aman.
Negara Indonesia adalah negara yang luas dan sangat kami cintai. Negara Malaysia belum seberapa kali luasna negara Indonesia. Negara malaysia itu kecil.
Sebaiknya konflik antara negara Malysia dan indonesia diselisaikan dengan cara yang baik saja.


Negara Indonesia pantang menyerah.....

Tugas Seni

TEATER TRADISIONAL DAN MODREN

NAMA :ASRAWATI SARTIKA
CLASS : XI IPA I
LESSON : SENI
GMP : RONALDO ROZALINO

Sangatlah menggembirakan mendengar kabar terbitnya buku kumpulan drama Mas Ruscita Dewi berjudul ''Rumah Bunga''. Di tengah sepinya minat terhadap naskah drama atau naskah lakon, tentu saja penerbitan buku kumpulan drama ini pantas diacungi jempol. Sebab, dalam hitungan kapital, buku sastra yang diminati saat ini berkisar pada prosa -- cerpen dan novel, sedikit puisi, dan minus drama.

TIDAKLAH berlebihan dikatakan, kreator dan publik sastra saat ini ibarat ''menonton'' naskah lakon mencari ruang. Menonton memang belum berarti pasif, bahkan dalam konsepsi teater, menonton adalah aktivitas ''bersaksi'' yang membutuhkan konsentrasi dan energi luar biasa. Namun dalam konteks naskah drama, menonton di sini berarti pasif, tanpa greget dan minat. Begitu pula dengan ruang, tidak sebatas ruang pertunjukan tempat di mana naskah lakon diusung, namun mencakup ruang-ruang lain, semacam wilayah publikasi tempat kreator bisa menyosialisasikan karyanya, dan publik bisa mengaksesnya. Ruang ini pun ternyata telah hilang.

KEBERADAAN naskah drama, sesungguhnya tidak dapat diabaikan dari jagad teater tanah air. Apabila dirujuk pengertian teater modern dan teater tradisional di Indonesia, salah satu unsur pembeda yang utama adalah ada atau tidaknya naskah yang dimainkan. Jamak diketahui bahwa teater tradisional menjumpai publiknya berdasarkan cerita yang berkembang di tengah masyarakat (sastra lisan), kemudian dimainkan dengan tingkat spontanitas dan improvisasi yang tinggi. Sebaliknya, teater modern -- meminjam ungkapan Goenawan Mohamad (1981) -- memiliki ''kerangka situasi'' berupa naskah drama yang menempatkan kerja artistik dan produksi teater tidak sekadar improvisasi.

Akan tetapi, pentingnya naskah lakon sebagai bagian dari teater Indonesia kurang disadari. Naskah seolah-olah hanya bagian dari sastra an-sich, sementara di dunia sastra sendiri naskah identik dengan teater. Akibatnya, sedikit sekali sastrawan yang bergiat di lapangan penulisan naskah, mungkin karena menganggap naskah lakon lebih merupakan wilayah teater. Sebaliknya, tidak banyak pula teaterawan yang menulis naskah sendiri, karena kentalnya anggapan bahwa penulisan, termasuk naskah drama, lebih merupakan wilayah sastra. Silang-sengkarut ini pernah diakui N. Riantiarno, dalam sebuah diskusi di Yogyakarta (2003).

Oleh karena itu tidak perlu heran, dibandingkan puisi, cerpen dan novel, genre sastra lakon di tanah air relatif ketinggalan. Secara kuantitatif misalnya, buku "Horison Sastra Indonesia" terbitan Majalah Sastra Horison (2001) yang terdiri dari ''empat kitab'' mencatat 110 orang penyair, 82 novelis, 71 cerpenis dan hanya 27 orang saja dramawan. Dalam hal ini, pernyataan Boen Sri Omariati (1971; dua dasawarsa lalu!) masih berlaku, yakni tentang sastra (di) Indonesia yang baru menghasilkan penyair, novelis dan cerpenis, belum ada dramaturgi.

Selain itu, kecenderungan kelompok teater di Indonesia yang lebih memilih naskah asing (terjemahan, saduran) daripada naskah asli secara tidak langsung ikut memunculkan krisis naskah drama Indonesia. Hal ini pernah dibicarakan dalam diskusi tentang ''naskah pribumi'' yang diadakan Yayasan Senthong Seni Bangunjiwa Yogyakarta, bulan April 2002 yang menghadirkan Heru Kesawa Murti, Hanindawan dan Dra. Yudiaryani, MA, sebagai pembicara. Dalam diskusi tersebut terungkap antara lain bahwa dramawan kita belum sepenuhnya bebas dari rasa phobi yakni menganggap naskah asing lebih ''agung'' daripada ''naskah pribumi'', di samping faktor lain seperti kurangnya media publikasi bagi naskah drama serta mulai renggangnya ''tegur-sapa'' antara sastra dan teater.

Situasi ironis seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila disadari hubungan yang signifikan di antara keduanya. Dalam kerangka yang lebih luas, hubungan teater dan sastra terkukuhkan oleh istilah drama. Henry Guntur Tarigan (1984), merujuk buku "Webster's New Collegiate Dictionary" menyatakan bahwa drama merupakan karangan berbentuk prosa atau puisi yang direncanakan bagi pertunjukan teater; suatu lakon. Dalam konteks ini, drama memiliki pengertian sebagai theatre atau performance. Selain itu, ada pula naskah yang ditulis sebagai bahan bacaan, bukan untuk produksi panggung. Drama jenis ini dikenal dengan sebutan textplay atau repertoir atau closet drama. Apapun istilahnya, yang jelas sastra dan teater memiliki hubungan yang erat, terlebih pada drama sebagai theatre atau performance.

Tidaklah berlebihan ungkapan Hasanuddin WS (1996) bahwa drama merupakan karya dalam dua dimensi, yaitu sebagai genre sastra dan sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan. Kemudian Boen Sri Oemarjati (1971) menyatakan pula bahwa sejarah drama di Indonesia tidak bisa lepas dari pembicaraan sejarah kesusastraan Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada sejumlah karya dan sosok sastrawan/dramawan di Indonesia, selain dikenal sebagai seorang sastrawan, tidak jarang mereka adalah juga seorang dramawan atau sebaliknya. Nama-nama seperti Putu Wijaya, N. Riantiarno, Arifin C. Noer, Wisran Hadi, Saini KM, WS Rendra, Mohamad Diponegoro dan lain-lain, merupakan sastrawan dan sekaligus dramawan, tidak saja karena mereka pendekar di dunia sastra, serta memiliki grup teater yang aktif, akan tetapi juga dikarenakan karya-karya drama mereka memiliki orientasi panggung yang kuat.

Merujuk pada dua jenis pengertian drama di atas, maka karya-karya mereka tersebut tidak hanya berhenti sebagai closet drama tetapi juga sebagai performance. Ini bukan berarti, naskah-naskah jenis textplay seperti yang ditulis Nasiah Djamin, Kirdjomuljo, B. Soelarto, Sitor Situmorang, Ali Audah, Motinggo Busje, Iwan Simatupang, Bakti Soemanto dan lain-lain tidak memberi sumbangan bagi hubungan sastra dan teater tetapi keadaan ini semestinya lebih memicu munculnya variasi hubungan yang lebih memperkaya keberadaan naskah drama Indonesia.

Akan tetapi kini, naskah sebagai ''kerangka situasi'' boleh dikatakan tanpa situasi; tidak ada upaya untuk mengkondisikan iklim kreatif ke arah lahirnya naskah drama kita.

IRONISNYA, semua itu terjadi justru di tengah maraknya dunia sastra Indonesia, baik penciptaan maupun publikasi. Puisi, cerpen dan novel, terus lahir dan berkompetisi, sedang naskah drama seperti tidak ikut ambil bagian. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya media publikasi yang mau menampung karya drama, sebagaimana pada genre sastra yang lain. Selain itu, kreator yang tertarik menekuni penulisan naskah relatif sedikit, termasuk faktor publik Indonesia yang tidak terbiasa membaca naskah drama.

Ada memang lomba naskah drama seperti dilakukan Dewan Kesenian Jakarta, namun kalah pamor dibanding prosa. Indikasinya antara lain, pemenang naskah rata-rata kreator ''tua'' dan nyaris itu-itu saja orangnya, berbeda dengan prosa yang memunculkan nama-nama baru dari kalangan muda. Artinya, tidak terjadi proses regenerasi pada penulisan naskah lakon. Kemudian novel yang menang pastilah diterbitkan menjadi buku, sedang naskah lakon silakan dimakan ngengat atau tergeletak di rak berdebu.

Dalam konteks ruang ini pula, menarik melihat situasi zaman. Apabila dilihat sekilas, pada zaman tersebut mestinya naskah drama mengalami krisis pertumbuhan atau bahkan mungkin mati. Hal ini terkait dengan refresifnya pemerintahan fasis Jepang terhadap perkumpulan, event dan aktivitas seni-budayanya. Namun, apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Menurut Boen Sri Omerjati, zaman Jepang (1926-1942) memang refresif, tetapi pertumbuhan naskah drama Indonesia justru tercatat paling subur. Salah satu faktornya adalah keberadaan para kreator yang tidak mudah menyerah, sebaliknya mampu memanfaatkan setiap peluang dan ruang yang ada.

Padahal awalnya, penulisan naskah pada zaman Jepang dimaksudkan sebagai upaya sensor karena setiap kelompok teater yang akan pentas harus menyerahkan naskahnya terlebih dahulu kepada pihak berwenang. Lewat cara inilah sensor dengan mudah dilakukan. Tapi situasi refresif disikapi oleh kreator Indonesia, salah satunya dengan strategi menulis lakon yang menggambarkan suasana perjuangan bangsa Asia khususnya dalam menghadapi perang dunia kedua. Jepang tidak mungkin menyensor karena cocok dengan semangat ''Asia Timur Raya'' yang dikobarkannya. Namun di balik itu, semangat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dikobarkan pula, sekaligus ratusan naskah drama tercipta. Inilah yang dilakukan oleh Rustam Effendi, Muhammad Yamin, Sanusi Pane, El-Hakim, Usmar Ismail, Idrus dan lain-lain. Mengapa sekarang, di tengah semaraknya sastra Indonesia dan adanya kebebasan berekspresi, naskah drama malah terlupakan?

Padahal pula, sastra Indonesia dewasa ini, memiliki ''keunikan'' tersendiri, khususnya dalam publikasi. Salah satu yang menarik adalah keberadaan ''sastra koran''. Seorang peneliti sastra Indonesia dari Jerman, Katrin Bandel (2003) mengatakan, di Barat tidak dikenal istilah ''sastra koran'', akan tetapi Indonesia mengenalnya. Hal ini mestinya dapat dibaca sebagai peluang positif ke arah penulisan kreatif, setidaknya sebagai bahan perbandingan yang dapat memotivasi penulisan naskah drama.

Sebagaimana diketahui, sastra koran terbukti mampu melahirkan banyak karya sastra, seperti puisi, cerpen dan novel, tapi, sekali lagi, tidak naskah drama. Dari media publikasi misalnya, hampir setiap koran (khususnya edisi Minggu) memuat puisi, cerpen dan novel (cerita bersambung), sedangkan rubrik naskah drama sama sekali tidak ada. Begitu pula majalah dan jurnal sastra yang terbit di Indonesia, seperti Horison dan Kalam, memang sesekali memuat naskah drama Indonesia, namun itu sangat jarang terjadi. Ketika media sastra memasuki babak baru dengan maraknya penerbitan buku (sastra), khususnya prosa yang konon cukup laku di pasaran, naskah drama tetap tak punya ruang sosialisasi. Sesekali naskah drama memang terbit juga sebagai buku, sebagaimana dilakukan Penerbit Angkasa (Bandung) dan Yayasan Untuk Indonesia (Yogyakarta), tetapi tidak sebanding dengan buku cerpen dan novel.

Dalam hal ini alasan pasar sering menjebak bahkan sudah menjadi sangat klise, padahal apa pun alasannya, ketiadaan media sosialisasi bagi naskah drama berarti adalah kemunduran. Menurut Jakob Sumardjo (1992), kuatnya tradisi teater tradisional Indonesia yang tidak mengenal naskah drama menjadi salah satu penyebab kurang dikenalnya drama sebagai teks (sastra), kecuali sebatas pertunjukan semata. Akibatnya, minat masyarakat untuk membaca naskah drama sangatlah kurang sehingga penerbit mesti berpikir tiga kali sebelum menerbitkan buku drama, bahkan redaktur majalah atau surat kabar juga ikut demikian.

Situasi ini justru berbeda jauh dengan zaman Pujangga Baru sampai tahun 1960-an ketika naskah drama memiliki media sosialisasi yang setara dengan genre sastra lainnya. Berbagai majalah menyediakan ruang yang luas untuk itu, bahkan jika perlu sebuah edisi semuanya berisi naskah drama. Majalah Budaya, Siasat, Indonesia, Seni, Aneka, Teruna Bakti dan Minggu Pagi merupakan sederet majalah yang memiliki rubrik khusus untuk naskah drama. Pada tahun 1980-an, Harian Kompas pernah memuat drama ''Panembahan Reso'' karya Rendra sebagai cerita bersambung, tapi sayang tidak dilanjutkan dengan naskah lakon lainnya.

Tentu saja kelangkaan atau ketiadaan ruang publikasi secara tidak langsung mengurangi minat orang pada naskah drama (kreator, publik, peneliti, dan sebagainya). Memang hal ini tidak berarti kiamat. Sebagai karya dua dimensi (sastra dan teater), naskah drama memang tidak mutlak hidup dari ruang publikasi sastra semata, karena naskah drama, khususnya yang bersifat performance, bisa hidup di panggung teater. Panggung inilah yang akan mengusung sebuah naskah kepada audiensnya. Akan tetapi siapa yang dapat menjamin sebuah naskah akan lahir di tengah iklim kreatif yang kurang sehat dan tak adil? Ini tantangan bagi kita semua

PACU JALUR KUANSING 2009

Tugas Art Of Culture
nama:Asrawati Sartika
kelas:XI IPA 1
GBS: Ronaldo Rozalino
Pacu Jalur merupakan salah satu kebudayaan Kuantan Singingi.Dimana kebudayaan ini dilaksanakan setiap bulan agustus,sekaligus untuk merayakan hari kemerdekaan negara kita Republik Indonesia.Pada tahun 2009 ini pacu jalur diikuti oleh 136 jalur yang terdiri dari 127 jalur dari Kuantan Singingi,dan selebihnya dari jalur Inhil,Kota Pekanbaru,Rohul,Pelalawan dll.
Pacu Jalur tahun ini berlansung dengan aman,tertib,dan meriah.Karena masyarakat Kuansing banyak yang berpartisipasi dalam terlaksananya ivent nasional ini.Saya melihat dengan adanya ivent nasional dapat meningkatkan rasa persatuan, kerja sama,kekompakan,perdamaian dll.
Maka dari itu kita sebagai masyarakat Kuansing harus terus mengembangkan dan melestarikan kebudayaan daerah kita sendiri.Jangan sampai kebudayaan kita diambil oleh orang lain.
PACU JALUR merupakan suatu kebudayaan Kuantan Singingi.Dimana kebudayaan tersebut dilaksanakan pada bulan agustus.Pada tahun ini diikuti oleh 136 jalur yang terdiri dari 127 jalur dari Kuantan Singingi dari 12 kecamatan yang ada di Kuantan Singingi,dan selebihnya berasal dari Inhil,Pelalawan,Rohul,Kota pekanbaru,dll.
Pacu Jalur pada tahun ini berlansung dengan aman dan tertib.Hampir 80% dari masyarakat Kuansing yg turut berpatisipasi untuk memeriahkan iven nasional ini.Dengan adanya iven nasional ini dapat meningkatkan rasa persatuan dan kerja sama masyarakat di Kuansing.
Pada pacu jalur tahun ini sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat Kuansing,apalagi oleh para pelajar karena pada saat pacu jalur jam pelajaran dikurangi.
NAMA : ASRAWATI SARTIKA
KELAS : X3
TUGAS : ART OF CULTURE
GURU : RONALDO ROZALINO SSn

Musik
Renaissance

Musik Renaissance adalah musik eropa barat yang berkembang pada masa
Renaissance. Zaman Renaissance yang dalam bahasa Perancis berarti “kelahiran
kembali” adalah sebuah zaman yang berkisar dari awal abad ke 14 dan sampai
kepada abad ke 17. zaman Renaissance bermula di negara Italia di akhir abad
pertengahan dan menjalar ke seluruh eropa.
Karakteristik dan Texture dari Musik Renaissance

Texture dari msuik Zaman renaissance yang terutama adalah perkembangan
dengan pesat dari musik Poliphoni. Sebuah lagu Choral secara tipikal mempunyai
empat,lima atau enam suara dengan interest melodi yang sejajar, masing-masing suaramempunyai tema melodi yang sama yang muncul bergantian sebagaimana musik jenisKanon. Musik Renaissance lebih penuh dari musik abad pertengahan.
Tokoh-Tokoh Musik Sakral dari
Zaman Renaissance
Josquin Desprez (1440-1521)
Giovani Perluigi Palestrina (1525-1594)
Johannes Ockeghem (1410-1497)

MUSIK BAROQUE

Musik era baroque dimulai pada tahun 1600 dan berakhir pada tahun 1750. Ini adalah era dimana musik klasik eropa sangat Berjaya. Arti dari baroque sendiri adalah mutiara yang tidak berbentuk. Arti ini juga menggambarkan arsitektur musik pada era ini yang sangat abstrak. Dominasi dari musik klasik dalam era ini menyebabkan era baroque juga disebut sebagai era musik klasik eropa
Lagu-lagu instrumental dari era baroque juga sangat banyak. Kita bisa menemukan concerto grosso, fugue, suite, sonata, partita, canzone dan sinfonia. Masih ada juga jenis instrumental seperti fantasia, ricercar, toccata, prelude, chaconne, passacaglia, chorale prelude, dan stylus fantasticus. Jenis musik instrumental dari era baroque terus dimainkan hingga sekarang.

MUSIK KLASIK

Zaman Klasik atau Periode Klasik dalam sejarah musik Barat berlangsung selama sebagian besar abad ke-18abad ke-19. Walaupun istilah musik klasik biasanya digunakan untuk menyebut semua jenis musik dalam tradisi ini, istilah tersebut juga digunakan untuk menyebut musik dari zaman tertentu ini dalam tradisi tersebut. Zaman ini biasanya diberi batas antara tahun 1750 dan 1820, namun dengan batasan tersebut terdapat tumpang tindih dengan zaman sebelum dan sesudahnya, sama seperti pada semua batasan zaman musik yang lain.
Ciri Musik Pada Zaman Klasik
1. Menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau (cressendo)dan dari keras menjadi lembut(decrssendo). 2. Perubahan-perubahan tempo dengan percepatan atau (accelerando) dan perlambatan(ritardando). 3. Hiasan / ornamentik diperhemat pemakaiannya. 4. Pemakaian akord 3 nada.


MUSIK ROMANTIK

Zaman Romantik dalam sejarah musik Barat berlangsung dari sekitar awal 1800-an sampai dengan dekade pertama abad ke-20. Zaman ini berlangsung sesudah Zaman Klasik dan sebelum Zaman Modern.

Musik Zaman Romantik dikaitkan dengan Gerakan Romantik pada sastra, seni, dan filsafat, walaupun pembatasan zaman yang digunakan dalam musikologi sekarang sangat berbeda dari pembatasan zaman ini dalam seni yang lain (yaitu 1780-an sampai dengan 1840-an).

Beberapa komponis dari zaman ini adalah Franz Schubert, Johann Strauss, Sr., Felix Mendelssohn, Frédéric Chopin, Robert Schumann, Richard Wagner, Giuseppe Verdi, Hector Berlioz, dan Johannes Brahms.

MUSIK MODERN

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi. dan selera seseorang.Pada umumnya kaum muda lebih mengenal musik modern daropada musik tradisional. Salah satu jenis musik modern yaitu dangdut, ciri-ciri nya : melodi dan harmoni sederhana,tangga nad cenderung minor,expresi berdasarkan keserasian lirik,beat konstan,lebih menekankan keindahan gerak.


Diposkan oleh SMART SCHOOL STUDENT di 19:03 0 komentar
Langgan: Entri (Atom)
Pengikut
Arsip Blog

* ▼ 2009 (1)
o ▼ Mei (1)
+ Musik Renaissance Musik Renaissance adalah musik e...

Mengenai Saya

SMART SCHOOL STUDENT

Lihat profil lengkapku